Aplikasi Ohdio.fm Untuk Android Kini Tersedia
Buat pendengar Ohdio.fm yang pengguna perangkat Android, kini sudah ada aplikasi Android untuk Ohdio.fm. Aplikasi ini dibuat dalam kerja sama dengan 7Langit, salah satu perusahaan mobile application ternama di Indonesia.
Aplikasi ini sudah tersedia di Google Play Store.
[Manic Monday] Terima Kasih, Aquarius Mahakam
Pagi ini saya mampir ke Aquarius Mahakam. Pagar depan halaman parkir masih sebagian tertutup, hanya ada satu mobil parkir, karena memang baru akan buka jam 10. Ada satu orang satpam sedang menyapu halaman parkir dari daun-daun dan sampah yang tergeletak. Saya bertanya padanya: “Pak, denger-denger mau tutup ya?” Sang satpam menoleh dengan senyum sedikit getir dan menjawab, “Iya, katanya begitu.” “Sampai kapan Pak, bukanya?” Beliau menjawab, “Akhir bulan sih.” Saya pun berlalu, karena harus bergegas ke kantor.
Ironisnya, sebelum ke Aquarius Mahakam, saya parkir di toko sebelahnya persis, yang adalah sebuah 7 Eleven. Beberapa tahun ini pertumbuhan toko serba ada 24 jam bagaikan jamur, merasuki tiap sela kosong kota seperti Jakarta seolah tak pernah sepi, sementara itu di sebelahnya adalah toko terakhir dari Aquarius, satu dari banyak toko yang fokus pada penjualan CD dan kaset yang sudah tutup dalam beberapa tahun terakhir. Walaupun memang masih ada toko-toko seperti Disc Tarra, Societie, Duta Suara dan lain-lain, toko musik Aquarius termasuk salah satu tonggak sejarah yang menyimpan banyak kenangan untuk generasi yang tumbuh dengan CD dan kaset.
Baca selanjutnya di Dailysocial.
English version here.
Tentang Lalu Lintas
Tadi pagi di perempatan Bangka Raya – Bangka 8, lalu lintas sempet terhenti karena sepertinya ada mobil nyenggol pengendara motor, sepasang bapak-ibu, sampai jatuh. Yang nyetir mobil nggak melakukan apa2, dan akhirnya ngeloyor aja, sambil berusaha dikejar oleh si bapak yang udah nyari-nyari batu buat lemparin.
Keliatannya sih ya emang nggak papa si bapak ibu tersebut, motor pun sekilas nampak nggak ada yang rusak, jadi sepertinya memang nyenggol aja karena memang perempatan tersebut nggak ada aturannya.
Dan, si bapak ibu itu… nggak pake helm.
Sori kalau gue buruk sangka, tapi pastinya si mobil ini jalannya tiba-tiba terpotong si pengendara motor, sehingga kesenggol dan jatuh. Dari nggak pake helm aja gue akan otomatis berburuk sangka, elu pasti yang lebih ngawur. Ya pengendara mobilnya juga salah sih, ngeloyor pergi begitu aja, tapi kok ya kebayang, pasti terjadi debat kusir yang lama-lama jadi adu jotos. Karena nggak semua pengendara motor – terutama yang ngawur – sadar bahwa pengendara mobil itu nggak bisa lihat ke semua arah sekaligus, apalagi kalau ada benda-benda berkecepatan kencang seliweran dari segala arah (seperti motor).
nggak nyalahin pengendara motor juga sih, karena toh banyak juga pengendara mobil yang jauh lebih ngawur, terbatas hanya dengan ukuran mobil aja. Wong kalau bisa nyelip2 atau ngebut ngawur dan ada ruangnya, tetep dilakukan. Dan mungkin udah nggak terhitung jumlah kecelakaan kendaraan bermotor yang terjadi tiap hari di Jakarta, lebih bahaya dari penyakit menular (tapi orang kok lebih takut penyakit menular ya hahaha).
Harusnya kita berkendara di jalan umum itu dengan semangat kerja sama, bukan berkompetisi rebutan hak. Kalau bekerja sama di jalan raya, toh pasti ada dasar kerja sama yang sama-sama setuju, atau paling tidak diikuti, yaitu aturan lalu lintas. Misalnya kalau dapet belok kiri boleh langsung (yang sekarang dilarang, kecuali ada rambu-rambu sebaliknya), ya cari jalan yang sama-sama enak dan ngeduluin yang emang lagi lampu ijo, bukan rebutan duluan mentang-mentang berhak belok kiri langsung.
Aturan dan konvensi lalu lintas itu biar sama-sama enak kok, kenapa sih kita nggak bisa cari cara buat sama-sama enak, dan bukan seenaknya sendiri dan mikirin diri sendiri aja? Harusnya kita lebih maju dari itu. Dan iya, berkendara aja itu sesuatu yang perlu dipikirin baik-baik dan disikapi, bukan sekedar nyalain mesin, gelinding, dan nyampe, sambil ngumpat-ngumpat kendaraan lain atau keadaan macet.
dari pengendara yang sering mengumpat-ngumpat pengendara lain
[Manic Monday] Mencapai ‘Keajaiban’
Seorang penulis fiksi sains, Arthur C. Clarke, pernah mengatakan bahwa ‘teknologi yang dianggap cukup canggih akan tidak bisa dibedakan dengan keajaiban.‘ Hari ini pun, teknologi yang kita gunakan dalam genggaman kita, yaitu telepon selular, merupakan sesuatu yang mungkin terasa ajaib apabila kita tidak mengerti prinsip bekerjanya. Sebuah kotak pipih yang bisa digunakan untuk berbicara dengan orang di kota lain, dan bisa untuk membaca informasi apapun yang kita kehendaki, hanya dengan meminta.
Tentunya, segala ‘keajaiban’ yang berada di tangan kita atau sekitar kita, tidak selalu seperti itu. Pada dasarnya teknologi adalah mesin, yang memiliki bahasa dan perilaku sendiri. Sebuah mesin cuci sederhana, harus memiliki beberapa sistem kontrol yang tugasnya menyalurkan kehendak manusia pemakainya terhadap mesin tersebut. Adanya tombol atau putaran akan memberitahu mesin cuci tersebut untuk berputar seberapa lama dengan putaran seberapa kuat. Semakin rumit mesinnya, semakin rumit juga sistem kontrol yang diperlukan, sehingga benda canggih seperti komputer maupun telepon selular membutuhkan antar muka, atau interface, untuk memperlancar komunikasinya dengan manusia. Intinya ini: sebaik-baiknya sebuah teknologi, ia akan membutuhkan antar muka yang baik juga untuk memenuhi potensi fungsinya. Atau dengan kata lain, untuk mencapai ‘efek ajaib’ tadi.
Baca selanjutnya di Dailysocial.
English version here.