Tentang Lalu Lintas
Tadi pagi di perempatan Bangka Raya – Bangka 8, lalu lintas sempet terhenti karena sepertinya ada mobil nyenggol pengendara motor, sepasang bapak-ibu, sampai jatuh. Yang nyetir mobil nggak melakukan apa2, dan akhirnya ngeloyor aja, sambil berusaha dikejar oleh si bapak yang udah nyari-nyari batu buat lemparin.
Keliatannya sih ya emang nggak papa si bapak ibu tersebut, motor pun sekilas nampak nggak ada yang rusak, jadi sepertinya memang nyenggol aja karena memang perempatan tersebut nggak ada aturannya.
Dan, si bapak ibu itu… nggak pake helm.
Sori kalau gue buruk sangka, tapi pastinya si mobil ini jalannya tiba-tiba terpotong si pengendara motor, sehingga kesenggol dan jatuh. Dari nggak pake helm aja gue akan otomatis berburuk sangka, elu pasti yang lebih ngawur. Ya pengendara mobilnya juga salah sih, ngeloyor pergi begitu aja, tapi kok ya kebayang, pasti terjadi debat kusir yang lama-lama jadi adu jotos. Karena nggak semua pengendara motor – terutama yang ngawur – sadar bahwa pengendara mobil itu nggak bisa lihat ke semua arah sekaligus, apalagi kalau ada benda-benda berkecepatan kencang seliweran dari segala arah (seperti motor).
nggak nyalahin pengendara motor juga sih, karena toh banyak juga pengendara mobil yang jauh lebih ngawur, terbatas hanya dengan ukuran mobil aja. Wong kalau bisa nyelip2 atau ngebut ngawur dan ada ruangnya, tetep dilakukan. Dan mungkin udah nggak terhitung jumlah kecelakaan kendaraan bermotor yang terjadi tiap hari di Jakarta, lebih bahaya dari penyakit menular (tapi orang kok lebih takut penyakit menular ya hahaha).
Harusnya kita berkendara di jalan umum itu dengan semangat kerja sama, bukan berkompetisi rebutan hak. Kalau bekerja sama di jalan raya, toh pasti ada dasar kerja sama yang sama-sama setuju, atau paling tidak diikuti, yaitu aturan lalu lintas. Misalnya kalau dapet belok kiri boleh langsung (yang sekarang dilarang, kecuali ada rambu-rambu sebaliknya), ya cari jalan yang sama-sama enak dan ngeduluin yang emang lagi lampu ijo, bukan rebutan duluan mentang-mentang berhak belok kiri langsung.
Aturan dan konvensi lalu lintas itu biar sama-sama enak kok, kenapa sih kita nggak bisa cari cara buat sama-sama enak, dan bukan seenaknya sendiri dan mikirin diri sendiri aja? Harusnya kita lebih maju dari itu. Dan iya, berkendara aja itu sesuatu yang perlu dipikirin baik-baik dan disikapi, bukan sekedar nyalain mesin, gelinding, dan nyampe, sambil ngumpat-ngumpat kendaraan lain atau keadaan macet.
dari pengendara yang sering mengumpat-ngumpat pengendara lain